Tulisan Pertemuan 2
PENGALAMAN STRES
Tentu saya pernah mengalami
stress. Contoh Real nya Seperti pengalaman saya yang pernah dibully sewaktu
SMA. Sewaktu itu saya benar-benar tertekan. Stres yang saya alami pada waktu
itu berdampak pada diri saya seperti tidak adanya rasa semangat untuk ke
sekolah, malas untuk belajar, takut untuk bersosialisasi, lebih sering murung,
tidak nafsu makan dan lain sebagainya. Saya juga jadi lebih bersikap introvert.
Padahal nyatanya saya termaksud
seseorang yang Ekstrovert. Pada saat itu
saya merasa bahwa diri saya tidak ada
guna nya berada disekolah. Saya merasa
tertekan dan tidak berkonsentrasi pada saat pelajaran. Setiap kali saya berada
dikelas, saya melihat teman-teman bercanda
tawa satu sama lain dan jujur saya merasa sangat terpukul melihat itu.
Mengapa? Karena hanya saya yang terdiam tanpa ada yang mau mengajak saya
bicara. Ketika saya mengajak teman saya bicara, mereka tidak menanggapi. Saya
benar-benar terpukul bahkan sangat terpukul. Saya merasa stres akan hal tesebut.
Tetapi setelah sekian lama, saya memutuskan untuk pindah dan itu merupakan
salah satu cara saya mengatasi stres yang saya alami. Memang hal tersebut
terkesan menghindar, tetapi pada saat itu saya memang benar-benar tidak tahan
dengan kondisi mental saya yang semakin menurun. Hari-hari awal setelah saya
pindah, memori ingatan saya masih terbayang-terbayang dengan kejadian yang lalu
tersebut. Sejujurnya pada saat itu stress saya masih berbekas, nafsu makan saya
belum berkembang. Saya masih terus memikirkan kejadian masa lalu saya tersebut.
Kenapa mereka tega melakukan hal tersebut kepada saya? Apa yang harus saya
lakukan sekarang agar saya tidak mengalami kejadian itu lagi?
Pada akhirnya saya mencoba untuk
tenang dan intropeksi diri. Saya mulai berfikir dan mencoba merangkai
peristiwa-peristiwa yang saya alami sewaktu di bully. Dalam artian saya ingin
mencoba mencari tahu penyebab nya. Setelah hampir sekitar beberapa minggu, saya
mencoba untuk menghubungi teman saya yang sekolah di tempat saya di bully
tersebut. Dengan basa basi terlebih dahulu dan kondisi pertemanan kita sudah
membaik, Saya mencoba bertanya “ kenapa teman-teman tidak mau berteman dengan ku waktu itu?” dan
akhirnya dia menceritakan semua nya. Kemudian saya juga meminta maaf kepada dia
atas perilaku saya yang sebenarnya tidak pantas untuk dilakukan.
Setelah itu saya semakin mulai
mengintropeksi diri dan mencoba untuk melakukan perubahan dengan buku-buku
sandaran yang saya baca yaitu buku psikologi. Banyak hal yang saya pelajari
dari buku-buku tersebut. Tentang kepribadian manusia dan lain sebagainya. Pada
akhirnya saya menganggap kejadian masa lalu saya sewaktu di bully adalah
pelajaran terpenting untuk saya dan saya mencoba bersyukur serta menerima akan
masa lalu saya yang seperti itu. Dan kini.. Alhamdulillah.. stres saya mengenai
masa lalu saya berakhir, namun tetap memori itu masih ada.
CONTOH KASUS
" Stres, Napi di Rutan Rengat Gantung Diri "
Merdeka.com - Penghuni Rumah Tahanan
Negara (Rutan) kelas II B Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau
ditemukan tewas gantung diri. Korban bunuh diri diduga akibat stres.
"Korban atas nama Budiman (26) diduga gantung diri akibat tekanan pikiran yang tidak bisa dikendalikannya selama menjalani tahanan hingga stres," kata Kepala Rutan kelas II B Rengat, Gumilar Budi Rahayu di Rengat, yang dikutip dari merdeka.com, Rabu (10/4).
Dia mengatakan, narapidana terkadang sakit, stres hingga melakukan hal di luar pikirannya seperti bunuh diri.
"Kita tidak bisa pungkiri hal-hal seperti itu bisa saja terjadi, namun semuanya terpulang pada diri orang tersebut. Itu bisa saja terjadi tidak pada petugas sendiri, namun juga antar napi. Inilah yang menjadi tugas bagi saya selaku pimpinan, agar dapat menetralisir hal-hal tersebut," katanya.
Terkait dengan kata-kata kasar yang dilontarkan petugas Rutan Rengat, Taufik, kepada wartawan saat akan meliput kasus gantung diri tersebut, Gumilar mengakui hal tersebut.
Namun, pihaknya sudah memediasi kepada wartawan bersangkutan dan juga sudah ada permintaan maaf kepada Zulkifli Penjaitan, wartawan Posmetro Indragiri, dan masalah tersebut sudah selesai.
"Saya selaku pimpinan meminta maaf atas kejadian tersebut. Jika saya berada di sana saat itu, mungkin itu tidak akan terjadi. Saya juga melakukan teguran terhadap petugas tersebut, agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama," katanya.
"Korban atas nama Budiman (26) diduga gantung diri akibat tekanan pikiran yang tidak bisa dikendalikannya selama menjalani tahanan hingga stres," kata Kepala Rutan kelas II B Rengat, Gumilar Budi Rahayu di Rengat, yang dikutip dari merdeka.com, Rabu (10/4).
Dia mengatakan, narapidana terkadang sakit, stres hingga melakukan hal di luar pikirannya seperti bunuh diri.
"Kita tidak bisa pungkiri hal-hal seperti itu bisa saja terjadi, namun semuanya terpulang pada diri orang tersebut. Itu bisa saja terjadi tidak pada petugas sendiri, namun juga antar napi. Inilah yang menjadi tugas bagi saya selaku pimpinan, agar dapat menetralisir hal-hal tersebut," katanya.
Terkait dengan kata-kata kasar yang dilontarkan petugas Rutan Rengat, Taufik, kepada wartawan saat akan meliput kasus gantung diri tersebut, Gumilar mengakui hal tersebut.
Namun, pihaknya sudah memediasi kepada wartawan bersangkutan dan juga sudah ada permintaan maaf kepada Zulkifli Penjaitan, wartawan Posmetro Indragiri, dan masalah tersebut sudah selesai.
"Saya selaku pimpinan meminta maaf atas kejadian tersebut. Jika saya berada di sana saat itu, mungkin itu tidak akan terjadi. Saya juga melakukan teguran terhadap petugas tersebut, agar tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama," katanya.
Komentar Saya :
Stres tentu dapat membuat tekanan bagi fikiran maupun
kesehatan mental seseorang. Namun hal itu tergantung bagaimana individu dapat
menangulangi stres tersebut atau tidak. Jika dilihat dari kasus ini, menurut pendapat saya, Stres yang dialami
korban sebenarnya dapat ditanggulangi dengan cara apabila korban merasa dia
mempunyai masalah sebaiknya dia mencoba untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara menerapkan strategi penyelesaian yang positif dan tetap mengontrol
emosi.
Apabila permasalahan tersebut tidak bisa juga untuk di
selesaikan, korban harus tetap bisa mengontrol dirinya sendiri atau memutuskan
untuk menyingkirkan fikiran tentang masalah yang sedang korban alami. Misalkan
dengan cara tidak menghiraukan
permasalahan tersebut atau menyibukan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar