TUGAS
PERTEMUAN 1
PENGANTAR
:
A. ORIENTASI
KESEHATAN MENTAL
Saparinah Sadli
mengemukakan tiga macam orientasi besar dalam kesehatan mental yaitu orientasi
klasik, orientasi penyesuaian diri dan orientasi pengembangan potensi.
1. Orientasi
Klasik
Orientasi
klasik menurutnya adalah “seseorang dianggap sehat apabila ia tidak mempunyai
keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau
perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak
sehat, serta menggangu efisiensi kegiatan sehari-hari”. Dalam definisi ini,
orientasi klasik mengemukakan orang yang sehat berarti orang yang tidak
mempunyai berbagai keluhan yang berakibat sakit untuk dirinya di dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti tidak cepat merasa lelah, cemas, tidak percaya
diri, cepat putus asa, perasaan tidak berguna dan lain sebagainya. Biasanya
ranah cakupan orientasi klasik ini banyak berkembang didunia kedokteran.
2. Orientasi
Penyesuaian diri
Orientasi penyesuaian diri menurutnya adalah “seseorang dianggap sehat
mental bila ia mampu mengembangakan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang
lain serta lingkungan sekitarnya”. Definisi diatas berarti, orang dikatakan
sehat apabila ia mampu bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Karena manusia
adalah makhluk sosial yang tidak akan pernah bisa untuk hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain.
3. Orientasi
Pengembangan Potensi
Orientasi pengembangan
potensi menurutnya adalah “seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa
bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju
kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri”.
Definisi diatas berarti orang dikatakan sehat apabila ia berhasil mengembangkan
dirinya sesuai dengan bakat dan kreativitas yang ia miliki sehingga ia bisa
dihargai oleh masyarakat.
B. KONSEP
SEHAT
Konsep sehat adalah
manusia atau mahluk hidup yang di lahirkan dengan tubuh normal sempurna, sehat
secara fisik, sehat secara mental dan sehat secara rohaninya. Manusia yang sehat mental adalah manusia yang mampu
menguasai segala factor dalam hidupnya sehingga ia dapat menguasai kekalutan
mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan perasaan
Pribadi normal dengan mental yang sehat akan bertingkah laku adekuat dan
dapat diterima oleh masyarakat luas. Pribadi normal dengan mental yang sehat
selalu memperlihatkan reaksi-reaksi personal yang tepat terhadap stimulasi
eksternal (manusia makhluk sosial)
Sehat (health) adalah konsep
yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan diamati keadaannya.
Misalnya, orang tidak memiliki keluhankeluahan fisik dipandang sebagai orang
yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang “gemuk”
adalah orang yang sehat, dan sebagainya. Faktor subyektifitas dan cultural
dapat juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat.
Sebagai satu acuan untuk
memahami konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam
cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurnan baik fisik, mental
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam
definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang
tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya
dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Normalitas
dan kesehatan mental ditandai dengan :
1.
Integrasi kejiwaan
2. Kesesuaian
antara tingkah laku sendiri dengan tingkah laku sosial.
3. Adanya
kesanggupan melaksanakan tugas-tugas hidup dan tanggung jawab sosial.
4. Efesiensi
dalam menanggapi realitas hidup
Ada beberapa Dimensi
sehat dalam konsep sehat pada kesehatan mental, yaitu :
1. Fisik
Mengarah pada sehat secara fisik atau jasmani. Tubuh yang tidak ada
kekurangannya sama sekali atau tidak cacat.
2. Emosi
•Orang yang mampu membuat dan mengambil keputusannya dengan bijak.
•Mandiri belajar untuk melakukan segala sesuatu sendiri tanpa
mengharapkan
bantuan dari orang lain.
•Mampu mengontrol emosinya sendiri dan bersifat dewasa
•Disiplin
3. Sosial
•Menjalani hidup dengan bersosialisasi
•Saling menghormati orang lain, mengasihi satu sama yang lain
•Mempunyai hati tenggang rasa sesama manusia
•Menghargai perbedaan baik agama, adat istiadat, bangsa dan Negara.
4. Spiritual
Sehat secara rohani. Sehat secara rohani adalah yang mempunyai fikiran
yang
sehat, jernih dan baik. Bukan yang memikirkan hal-hal yang tidak layak untuk
di
fikirkan dan di contoh. Jadi hati yang baik akan memancarkan jiwa yang sehat.
5. Intelektual
Yang terdiri dari:
•Denial
•Projection
•Fantasi
•Kompensasi dan
•Pengetahuan
C. SEJARAH
PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
1. Zaman Prasejarah
Manusia
purba sering mengalami gangguan mental atau fisik, seperti infeksi, artritis,
dll.
2.
Zaman peradaban awal
* Phytagoras
(orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental)
* Hypocrates (Ia
berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental)
* Plato (gangguan mental sebagian
gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa dewa)
3.
Zaman Renaissesus
Pada
zaman ini di beberapa negara Eropa, para tokoh keagamaan, ilmu kedokteran dan
filsafat mulai menyangkal anggapan bahwa pasien sakit mental tenggelam dalam
dunia tahayul.
4. Era
Pra Ilmiah
* Kepercayaan Animisme
Sejak
zaman dulu gangguan mental telah muncul dalam konsep primitif, yaitu
kepercayaan terhadap faham animisme bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh
roh-roh atau dewa-dewa. Orang Yunani kuno percaya bahwa orang mengalami
gangguan mental, karena dewa marah kepadanya dan membawa pergi jiwanya. Untuk
menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji)
dengan mantra dan kurban.
* Kepercayaan Naturalisme
Suatu
aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental dan fisik itu akibat dari alam.
Hipocrates (460-367) menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai
penyebab sakit. Dia mengatakan, Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan
menemukan otak yang basah, dan mencium bau amis. Tapi anda tidak akan melihat
roh, dewa, atau hantu yang melukai badan anda.
Seorang
dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat polotik dan
sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia terpilih menjadi
kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, pasiennya dirantai,
diikat ketembok dan tempat tidur. Para pasien yang telah di rantai selama 20
tahun atau lebih, dan mereka dianggap sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di
sekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka
tidak lagi menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya.
5. Era Modern
Perubahan
luar biasa dalam sikap dan cara pengobatan gangguan mental terjadi pada saat
berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika pada tahun 1783.
Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit
Pensylvania. Di rumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics (orang gila atau sakit ingatan). Pada
waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyebab dan cara menyembuhkan
penyakit tersebut. Akibatnya pasien-pasien dikurung dalam ruang tertutup, dan
mereka sekali-kali diguyur dengan air.
Rush
melakukan suatu usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang
menderita gangguan mental tersebut melalui penulisan artikel-artikel. Secara
berkesinambungan, Rush mengadakan pengobatan kepada pasien dengan memberikan
dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Pada
tahun 1909, gerakan mental Hygiene secara formal mulai muncul.
Perkembangan gerakan mental hygiene ini tidak lepas dari jasa Clifford Whitting
Beers (1876-1943) bahkan karena jasanya itu ia dinobatkan sebagai The Founder of the Mental Hygiene Movement. Dia terkenal karena
pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental
dengan cara yang sangat manusiawi.
Secara
hukum, gerakan mental hygiene ini mendapat pengakuan pada tanggal 3
Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani The
National Mental Health Act., yang berisi program jangka panjang yang
diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Bebarapa
tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut meliputi :
* Meningkatkan
kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian,
investigasi, eksperimen, penayangan kasus-kasus, diagnosis, dan
pengobatan.
* Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan
swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara
para peneliti dalam melakukan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil
penelitiannya.
* Memberikan
latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental.
* Mengembangkan dan membantu negara dalam
menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para
pengidap gangguan mental.
Pada tahun 1950, organisasi mental
hygiene terus bertambah,
yaitu dengan berdirinya National Association for Mental Health.
Gerakan mental hygiene ini terus berkembang sehingga pada tahun 1975 di Amerika
terdapat lebih dari seribu perkumpulan kesehatan mental. Di belahan dunia
lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui The World Federation forMental Health dan The
World Health Organization.
TEORI
KEPRIBADIAN SEHAT :
A. Aliran Psikoanalisa
Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pendiri psikoanalisis. Menurut Freud
pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, merupakan sumber perilaku yang
tidak normal atau menyimpang. Sumbangan
terbesar Freud pada teori kepribadian adalah eksplorasinya ke dalam dunia tidak
sadar dan keyakinannya bahwa manusia termotivasi oleh dorongan-dorongan utama
yang belum atau tidak mereka sadari. Bagi Freud, kehidupan mental terbagi
menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar
terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
1. Alam Tidak Sadar
Alam
tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan maupun
insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan
tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali
kita tidak menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya
seorang pria bisa saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang wanita tetapi
tidak benar-benar memahami alasan dibalik ketertarikannya, yang bisa saja
bersifat tidak rasional.
Dorongan tidak sadar ini muncul di alam bawah
sadar setelah menjalani transformasi tertentu. Contohnya, seseorang dapat
mengekspresikan dorongan erotis atau keinginan untuk melukai orang lain dengan
cara menggoga atau mengolok-olok orang lain. Dorongan sejati (seks atau agresi)
menjadi terselubung dan tersembunyi dari alam sadar kedua orang tersebut. Akan
tetapi, alam tidak sadar orang kedua secara langsung. Keduanya dapat memuaskan
dorongan seksual maupun agresif, tetapi tak satupun di antara mereka menyadari
motif di balik godaan atau olok-olok tersebut. Dengan cara inilah, alam tidak
sadar seseorang bisa berkomunikasi dengan alam tidak sadar dari orang lain,
keduanya sama-sama tidak sadar akan proses tersebut.
Tentu
saja, alam tidak sadar bukan berarti tidak aktif atau dorman. Dorongan-dorongan
di alam tidak sadar terus-menerus berupaya agar disadari, dan kebanyakan
berhasil masuk ke alam sadar, sekalipun tak lagi muncul dalam bentuk asli.
Pikiran-pikiran yang tak disadari ini bisa dan memang memotivasi manusia.
Contohnya, amarah sseorang anak terhadap sang ayah bisa terselubung dalam bentuk
kasih sayang yang berlebihan. Apabila tak bisa disembunyikan, rasa marah
seperti ini sudah tentu akan menyebabkan si anak merasa sangat cemas. Oleh
karena itu, alam bawah sadarnya memotivasinya untuk mengekspresikan rasa marah
melalui ungkapan rasa cinta dan pujian yang berlebihan.
Agar selubung itu benar-benar berhasil
mengelabui orang tersebut, maka sering kali perasaan tersebut muncul dalam
bentuk yang sama sekali berbeda dengan perasaan yang sebenarnya, tetapi selalu
muncul dalam bentuk yang berlebihan dan penuh kepura-puraan. (Mekanisme ini
dikenal dengan pembentukan reaksi (reaction formation) yang akan
dibahas secara terpisah dibagian berjudul Mekanisme Pertahanan (Defense
Mechanism) yang terdiri dari represi (repression), pembentukan reaksi (reaction
formation), pengalihan (displacement), fiksasi (fixation), regresi
(regression), proyeksi (projection), introyeksi (introjection), dan sublimasi
(sublimation).
2. Alam Bawah Sadar
Alam bawah sadar (preconscious) ini memuat semua elemen yang tak
disadari, tetapi bisa muncul kesadaran dengan cepat atau agak sukar (Freud,
1993/1964). Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber, yang pertama
adalah persepsi sadar (conscious perception). Apa yang dipersepsikan orang
secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar
selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran lain.
Sumber kedua dari gambaran-gambaran bawah sadar adalah alam tidak sadar.
Sedangkan sejumlah gambaran lain dari alam tidak sadar bisa masuk ke alam sadar
karena bersembunyi dengan baik dalam bentuk mimpi, salah ucap, ataupun dalam
bentuk pertahanan diri yang kuat.
3. Alam Sadar
Alam sadar (conscious), yang
memainkan peran tak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai
elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah
satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua
pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke alam sadar yaitu
sistem kesadaran perseptual (perceptual conscious), yaitu terbuka pada dunia
luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari
luar.
Sumber kedua bagi elemen alam
sadar ini datang dari dalam struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak
mengancam yang datang dari alam bawah sadar maupun gambaran-gambaran yang
membuat cemas, tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak
sadar.
B. Aliran
Humanistik
Abraham Maslow (1908-1970)
dapat dipandang sebagai Bapak dari psikologi humanistik. Gerakan ini merasa
tidak puas terhadap psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan memfokuskan
penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri eksistensinya.
Psikologi humanistik mulai di
Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang. Tokoh-tokoh Psikologi
Humanistik memandang behavorisme mendehumanisasi manusia. Psikologi
Humanistik mengarahkan perhatiannya pada humanisasi psikologi yang menekankan
keunikan manusia. Menurut Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif,
yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh
kekuatan-kekuatan ketidaksadaran. Menurut Aliran humanistic kepribadian yang
sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat di dalam
dirinya sendiri.
Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu:
1. Memusatkan perhatian pada person yang
mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam
mempelajari manusia.
2. Memberi
tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas,
aktualisasi diri, sebagai lawan pandangan tentang manusia yang mekanistis dan reduksionis.
3. Menyadarkan
diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan
prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4. Memberikan perhatian penuh
dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta
tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu (Misiak
dan Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistik, juga
Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered therapy (Walgito, B 2002 : 80).
C. Pendapat Formm
Fromm
memberikan suatu gambaran jelas tentang kepribadian yang sehat yaitu
orang-orang yang kreatif, memiliki kemampuan-kemampuan pikiran yang sangat
berkembang, mengamati dunia dan diri secara objektif, memiliki suatu perasaan
indentitas yang kuat, berhubungan dan berakar di dunia,subjek atau pelaku diri
serta nasib, dan bebas dari ikatan-ikatan sumbang.
Fromm menyebut kepribadian yang sehat : Orientasi produktif yakni suatu
konsep yang serupa dengan kepribadian yang matang dan orang yang mengaktualisasikan
diri nya. Konsep itu menggambarkan penggunaan yang sangat penuh atau realisasi
dari potensi manusia. Empat segi
tambahan dalam kepribadian yang sehat dapat membantu menjelaskan apa yang
dimaksud fromm dengan orientasi produktif yaitu :
1. Cinta yang produktif
Cinta
yang produktif adalah suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana
partner-partner dapat mempertahankan individualitas mereka. Cinta yang
produktif itu merupakan suatu kegiatan dan bukan suatu nafsu. Cinta yang
produktif tidak terbatas pada cinta yang erotis, tetapi mungkin merupakan cinta
persaudaraan (cinta kepada semua manusia) atau cinta keibuan (cinta dari iby
kepada anak).
2. Pikiran yang produktif
Pikiran yang produktif meliputi
kecerdasan, pertimbangan dan objektivitas. Pemikir produktif di dorong oleh
perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pikiran yang produktif berfokus
pada seluruh gejala dengan mempelajarinya dan bukan pada kepingan-kepingan dan
potongan-potongan gejala yang terpisah.
3. Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan suatu bagian
integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif.
kebahagiaan itu menyertai seluruh kegiatan produktif. Kebahagiaan bukan
semata-mata suatu perasaan atau keadaan yang menyenangkan, tetapi juga suatu kondisi
yang meningkatkan seluruh organisme, menghasilkan penambahan gaya hidup,
kesehatan fisik dan pemenuhan potensi-potensi seseorang. Fromm menulis bahwa
suatu perasaan kebahagiaan merupakan bukti bagaimana berhasilnya seseorang
" dalam seni kehidupan" .
4. Suara hati
Fromm membedakan dua tipe suara hati,
yakni suara hati otorieter dan suara hati humanistis. Suara hati otoriter
adalah penguasa dari luar yang di internalisasikan, yang memimpin tingkah laku
orang itu. Penguasa itu dapat berupa orang tua, negara, atau suara kelompok
lain nya yang mengatur tingkah laku melalui ketakutan orang lain terhadap
hukuman karena melanggar kode moral dari penguasa. Sedangkan suara hati
humanistis adalah suara dari diri dan bukan suatu perantara dari luar.
Ada beberapa alternatif-alternatif lain
yang dikemukakan fromm selain orientasi produktif, yakni Orientasi tidak
produktif. Seperti orientasi produktif, orientasi-orientasi tidak produktif
adalah ciri pembawaan yang esensial, cara bagaimana orang-orang mengarahkan
dirinya ke dunia sekitarnya. Macam-macam orientasi tidak produktif, yaitu :
1. Orientasi reseptif
Orientasi reseptif merupakan
penerima-penerima yang pasif dalam hubungan nya dengan orang-orang lain. Mereka
tidak mampu menghasilkan, menciptakan atau memberi cinta. Mereka sama sekali
tergantung pada sumber-sumber dari luar- partner, teman-teman, atau masyarakat
untuk segala sesuatu yang mereka butuhkan. Karena mereka begitu tergantung dan
tidak dapat berbuat sesuatu untuk diri mereka sendiri, maka mereka dapat
dilumpuhkan oleh kecemasan dan ketakutan kalau dibiarkan sendirian.
2. Orientasi eksploitatif
Orientasi eksploitatif juga merupakan
ciri orang-orang yang diatur oleh sumber-sumber dari luar. Akan tetapi bukannya
menunggu menerima dari orang-orang lain, mereka terdorong untuk mengambil dari
mereka dengan kekerasan atau tipu muslihat atau dengan cara apa saja yang
bermanfaat.
3. Orientasi penimbunan
Orientasi penimbunan tidak mengharapkan
sesuatu dari sumber-sumber luar dan juga tidak menerima atau mengambil.
Orang-orang ini mencapai keamanan dengan menabung atau menimbun milik-milik
material, pikiran-pikiran atau emosi-emosi. Kepribadian-kepribadian yang
menimbun tampaknya membangun tembok-tembok di sekeliling diri mereka, sehingga
mereka tidak membiarkan milik-miliknya keluar (dan tidak membiarkan sesuatu
masuk).
4. Orientasi pemasaran
Kepribadian atau diri dinilai hanya
sebagai suatu barang dagangan yang dijual atau ditukar untuk keberhasilan.
Perasaan kita akan penghargaan, penilaian dan kebanggaan tergantung pada
bagaimana keberhasilan kita dalam menjual diri kita. Keberhasilan atau
kegagalan tidak tergantung pada mengembangkan kapasitas-kapasitas produktif
sampai pada tingkat yang sangat penuh melainkan pada bagaimana baiknya kita
memproyeksikan diri kita pada orang lain.
5. Orientasi nekrofili dan orientasi biofili
Orientasi nekrofili
menggambarkan seseorang yang dihantui oleh sakit dan kematian. Sedangkan
orientasi biofili yaitu suatu orientasi yang lebih produktif dan menggambarkan seseorang
yang selalu berjuang melawan kematian dan kehancuran serta yang memeperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan diri.
PENYESUAIAN
DIRI
Konsep Penyesuaian Diri
Pengertian penyesuaian
diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang
baru. Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan
kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan
mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur,
2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu
dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu.
Menurut pandangan para ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara konstan
mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat
individu secara konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain.
Menurut
Schneiders (1964), pengertian penyesuaian diri dapat ditiinjau dari tiga sudut
pandang, yaitu:
- Penyesuaian
sebagai adaptasi --- Menurut pandangan ini, penyesuaian diri cenderung
diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik, bukan
penyesuaian dalam arti psikologis, sehingga ada kompleksitas kepribadian
individu dengan lingkungan yang terabaikan.
- Penyesuaian
diri sebagai bentuk konformitas --- Penyesuaian diri diartikan sama dengan
penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pengertian ini
menyiratkan bahwa individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus
selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara
moral, sosial maupun emosional. Menurut sudut pandang ini, individu selalu
diarahkan kepada tuntutan konformitas dan diri individu akan terancam
tertolak jika perilaku individu tidak sesuai dengan norma yang berlaku.
- Penyesuaian
diri sebagai usaha penguasaan --- Penyesuaian diri dipandang sebagai
kemampuan untuk merencakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara
tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi,
dengan kata lain penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan
dalam mengembangkan diri sehingga dorongan emosi dan kebiasaan menjadi
terkendali dan terarah.
Berdasarkan tiga sudut
pandang tersebut bahwa penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses
yang mencakup suatu respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan
individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal,
ketegangan, frustasi, konflik serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan
antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dari dunia luar atau
lingkungan tempat individu berada (Ali & Asrori, 2004).
DAFTAR PUSTAKA :
Schultz, Duane. (1991).Psikologi Pertumbuhan.Yogyakarta :
Kanisius
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. (2010). Teori Kepribadian (Theories of
Personality). Jakarta : Salemba Humanika.
Rochman, Kholil Lur.(2010).Kesehatan Mental.Yogyakarta : Fajar
Media Press.